Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2012

UngkapaN Sunni Al-Maturidi pada ayat "Ar-Rahmanu` alal `Arsy Istawa"

Gambar
Berkata Abu Manshur alMaturidy:   وأما الأصل عندنا في ذلك أن الله تعالى قال ليس كمثله شيء فنفى عن نفسه شبه خلقه وقد بينا أنه في فعله وصفته متعال عن الأشباه فيجب القول بالرحمن على العرش استوى على ما جاء به التنزيل ونفي عنه شبه الخلق بما أضاف إليه, إذ جاء به التنزيل وثبت ذلك في العقل ثم لا نقطع تأويله على شيء لاحتماله غيره مما ذكرنا وإحتماله أيضا ما لم يبلغنا مما يعلم أنه غير محتمل شبه الخلق ونؤمن بما اراد الله به وكذلك في كل أمر ثبت التنزيل فيه نحو الرؤية وغير ذلك يجب نفى الشبه عنه والإيمان بما أراده من غير تحقيق على شيء دون شيء والله الموفق  : "Prinsip kami mengenai hal ini (memahami sifat-sifat Allah) adalah bahwa Allah (تعالى) mengatakan: Dia tidak menyerupai apa pun, sehingga Ia menafikan dari dzatNya mempunyai kemiripan dengan ciptaan-Nya.Kami  sudah menjelaskan   bahwa Dia dalam tindakan-Nya dan atribut maha tinggi dari adanya keserupaan,dengan  alasan ini,maka kita  wajib mengatakan tentang"الرحمن على العرش [طه / 5] "" Ar-Raĥmaanu ala-l-Arshi-stawaa "(Tah

Amaliah dhohir bukanlah bagian dari Iman

Gambar
Wahabi berkata: dalam masalah iman: Asyariyah berpendapat bahwa iman hanya sebatas pengakuan semata, sama dangannya pendapat Maturidiyah, walaupun sebagian Asyariyah menambahkan ucapan dengan lisan. Sedangkan Ahlus Sunnah berkata, Iman adalah keyakinan dalam hati, pengikraran dengan lisan dan pembuktian dengan amal perbuatan.  Kita buktikan apakah benar ahlussunah mendefinisikan iman dengan keyakinan dalam hati, pengikraran dengan lisan dan pembuktian dengan amal perbuatan.dan benarkah asyariyah berpendapat bahwa iman hanya sebatas pengakuan semata, atau dengan iqrar sahadat juga????????????? Kita simak: Asy’ariyah berpendapat iman adalah Tasdiq yakni merupakan pengakuan dalam hati yang mengandung ma’rifah terhadap Allah (qaulun bi al-nafs ya tadhammanu a’rifatullah). Mengenai penuturan dengan lidah (iqrar bi al-lisan) merupakan syarat iman,itu hanya untuk berlaku hukum-hukum islam kepadanya, tetapi tidak termasuk hakikat iman yaitu tashdiq . argumentasi mereka istilah al-nahl, ayat

Hasil qiyas tidak ada zaman Nabi SAW,bid'ah kah?

Gambar
Wahaby paling suka maen c0m0t sana sini, yang sefaham dengan aqidah mereka, mereka pakai, tapi yang tidak sefaham, mereka campakkan, malah acapkali mereka tuduhkan sebagai bid’ah sesat, seperti bersedekah 7 hr dalam kmatian seseorang, jelas itu ada riwayat dari Imam ahmad bin hanbal dalam kitab azzuhd yang kemudian dinuqil oleh imam jalaluddin assuyuthi “imam ahmad berkata , telah menceritakan kepadaku hasyim bin alqosim dari al’asyja’i dari sufyan berkata : thawwus (tabi’in yg belajar kepada lebih dr 70 sahabat) berkata ” sesungguhnya orang mati itu terkena fitnah di kuburnya 7 hari,dan mereka suka jika pada hari2 itu keluarganya melimpahkan pahala sedekah atas mereka ( alhawi lilfatawi juz 2 hal 178). Praktek tahlil itu berdasar pada atsar sahabat di atas, tapi sama wahaby di anggap sbg bid’ah sesat, apa wahaby berani menyesatkan imam ahmad?  dan mereka acapkali, bahkan sering menggunakan qoul2nya imam ibnu hajar al asqolani dan imam abu zakaria yahya muhyiddin Annawawi, masing2 adal

Perbedaan itu rahmat atau laknat

Gambar
Selama ini kita sering mendengar bahwa hadist ''Perbedaan umatku adalah rahmat'' dinyatakan dhoif oleh syekh Al Bani dalam ad dhoifah 76-85. Dan Imam Subki AR berkata : hadist ini tidak dikenal oleh ahli hadist dan aku belum mendapatkanya baik degan sanad soheh,hasan, maudu atau pun dhoif. BARANGKALI kita sering mendengar obrolan ''mana mungkin perbedaan itu rahmat, perbedaan itu laknat’ wong hadisnya juga dhoif …kang!! Yah, sering hadis ini dijadikn hujah utk mengkritik dan menyerang pendapat lain yg bersebrangan, seolah tidak b0leh ada perbedaan pendapat ! APALAGI DENGAN SLOGAN 'KEMBALI PADA ALQUR'AN DAN HADITS'',EMANGNYA PARA SALAF TIDAK MERUJUK PADA QUR'AN HADIS?? TOH TETAP SAJA ADA PERBEDAAN. ..!! betul bahwa dlm masalah usul, jelas umat harus dalam satu pendapat, namun bagaimanakah pendapat salaf tentang masalah furu/fiqih ??? MARI KITA LIHAT PEMAPARAN BERIKUT INI : (1) Alhafid alBaehaqi dalam kitabnya Almadkhol dan Azzarkasi dalam tadz

Wahhabi : Asy'ariyah Membandingkan Allah dengan ciptaan

Gambar
Wahhabi: kalangan asyari mengambil bukti non al-Quran sebagai fakta tertentu, dan kemudian menggunakannya untuk menyangkal atau mendistorsi sesuatu yang jelas dalam Quran (dalam hal ini adalah sifat-sifat Allah). Di sinilah sebenarnya terletak perbedaan utama yang kita miliki dengan Ashariyah. Jika tidak ada sesuatu yang seperti Dia [Allah], kita tidak bisa membandingkan-Nya dengan ciptaan atau 'tubuh/jisim' melainkan kita hanya menerima apa yang Dia katakan tentang dzatNya. Respon : Sebenarnya, jika tidak ada yang seperti Dia [Allah], maka Anda harus menyangkal bahwa apa pun yang disebutkan dalam Al-Qur'an tentang sifat Allah itu tidak memiliki suatu sisi kesamaan. Ashariyah tidak menyangkal sifat-sifat Allah, dan mereka tidak membandingkan Allah dengan ciptaan dan tubuh/jisim, mereka menyangkal bahwa Dia itu seperti ciptaan. Mereka menyangkal bahwa sifat-Nya harus kuantitatif atau terbatas. Itu adalah sesuatu yang sangat berbeda dengan apa yang anda katakan. hal Ini tidak

Apa sih ibadah yang bidah itu?

Gambar
Selepas sholat maghrib, seperti biasanya Haji Yunus melakukan dialog dengan para jama'ah. Malam itu kebetulan terang bulan, dan udara pun tidak terlalu dingin. Suasana nyaman itu mendadak menjadi panas akibat pertanyaan seorang jama'ah. "Pak Haji, ijinkan saya bertanya soal bid'ah." demikian pertanyaan Ace, nama anak muda itu. Jama'ah tersentak kaget. Sudah beberapa tahun ini masalah sensitif tersebut tidak disinggung dalam Masjid Jami' di desa tersebut. Haji Yunus memang ingin menjaga keutuhan dan kekompakan ummat Islam di desa itu. "Silahkan," jawab Haji Yunus dengan senyum khasnya. "Ada baiknya setelah sekian lama kita menahan diri dan bersikap toleran terhadap sesama, ada baiknya kalau sekarang kita dialogkan dengan toleran dan terbuka pula masalah ini. Biar kita terus dapat memelihara suasana persaudaraan di kampung ini." Ace kemudian mulai bertanya, "saya sering membaca buku agama yang mewanti-wanti soal bid'ah. Baca Qunu

Kholaf penerus Salaf

Gambar
 Keadaan pemakaman baqi sebelum di hancurkan wahabi  Sekitar Istilah Salaf dan Khalaf Di Antara gejala buruk yang berlaku dalam bidang ilmu agama adalah munculnya golongan yang mengaku lebih memahami manhaj salaf di banding para ulama' sebelum mereka yakni ulama yang di sebut "khalaf". Untuk menjadikan diri mereka berhak mengetahui siapa sebenarnya salaf dan apa sebenarnya manhaj salaf, maka mereka menamakan diri mereka  dengan nama "salafi", yaitu orang yang mengikut jejak salaf. Ketidak tauan Terhadap Istilah Golongan intelektual yang setengah matang yang muncul dalam lapangan intelektual Islam terpaksa menciptakan terminologi-terminologi (mustalahat) baru untuk mengelabui golongan yang lebih jahil daripada mereka. Lalu, mereka menggunakan istilah tertentu  dengan takrif/definisi baru yang menyimpang dari penggunaan asalnnya dengan tujuan untuk mendominasi dan memonopoli istilah tersebut. Maka, muncullah terminologi seperti "salafi", "khalafi&qu