Tanggapan Habib Umar terkait Kemenangan Donald Trump
Hingar bingar pemilihan presiden Amerika Serikat telah mencapai puncaknya, setelah calon dari Partai Republik, Donald Trump secara mengejutkan mengalahkan rivalnya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton, Selasa waktu setempat (8/11/2016) dengan meraih 290 suara elektoral.
Kemenagan ini mematahkan prediksi dari berbagai pihak menjelang pelaksanaan Pemilu 2016 Amerika. Semula, banyak proyeksi jajak pendapat yang menunjukkan kemenangan bagi Clinton, yang antara lain dikeluarkan New York Times, dengan prediksi 92 persen suara untuk Clinton. Juga FiveThirtyEight (87 persen), dan PredictWise (90 persen).
Banyak yang menentang kemenangan Presiden ke 45 Amerika Serikat ini. Seperti dilaporkan New York Times, terjadi protes di beberapa kota seperti Berkeley, Oakland, Pittsburgh, Seattle, Portland, Ore, dan California.
Tak hanya itu, kemenangan Trump juga menimbulkan keresahan di kalangan Muslim Amerika. Bukan tak beralasan, oleh karena kampanye Trump yang terkenal kontroversial. Dia populer dengan janji mendeportasi imigran, membangun tembok perbatasan antara Amerika Serikat dan Meksiko, mencegah kaum muslim masuk wilayah Amerika Serikat, dan mengancam akan "meninggalkan sekutu-sekutunya".
"Trump menjalankan kampanye penuh rasisme dan intoleransi. Dia telah memanfaatkan hal itu guna mendapat dukungan suara , dan kita melihat hasilnya yang menakutkan lewat televisi," ujar Abdullah Hammoud, seperti dikutip dari voaindonesia.com
Dalam sebuah postingan yang dilansir dari Sufi World, Habib Umar bin Hafidz ulama besar dari Yaman, yang selalu dinantikan fatwa dan nasehatnya, memberi tanggapan terkait hal ini. Beliau (Habib Umar) memberikan pesan agar muslim Amerika senantiasa menjalani kehidupan seperti yang dijalani saat ini.
“Katakan pada saudara-saudara kita disana, terus lakukan apa yang sedang mereka lakukan saat ini, katakan pada mereka untuk tetap teguh pada jalan yang mereka jalani selama ini dan dia (presiden baru) tidak akan menjadi masalah” Pesan Habib Umar bin Hafidz
Kemudian Habib Umar melihat ke atas dan berkata, “Allah adalah Raja (Pemegang Kekuasaan) Bukan presiden negara manapun.”
Berikut narasi asli (teks postingan asli yang sudah ditranslasi oleh Fiqhmenjawab.net)
Saya menerima sebuah pesan setelah sholat Jumat yang memintaku untuk datang ke rumah Habib Umar bin Hafidz. Saat aku masuk aku melihat Habib Umar dan sekelompok santri. Kemudian mereka menghidangkan makan siang, dan aku mendapat tempat duduk tepat dihadapan beliau, sehingga aku bisa meminta nasehat pada beliau untuk saudara-saudara kita di barat, dan santri seperti diriku yang sedang belajar diluar negeri.
Saat aku sebutkan mengenai presiden hasil pilpres baru-baru ini, yang mana presiden tepilih sebelumnya telah mengatakan banyak hal yang meresahkan mengenai muslim dan kaum minoritas lainnya. Beliau mulai tertawa, tapi tertawa beliau adalah sepenuhnya tawa yang menenangkan/lembut. Hal pertama yang beliau katakan adalah, “Jangan Khawatir”. Bahasa tubuh beliau menunjukan seseorang dengan keyakinan penuh bahwa Awliya menguasai semua keadaan (tidak bisa digambarkan dengan kata-kata).
Beliau kemudian berkata “Katakan pada saudara-saudara kita disana, terus lakukan apa yang sedang mereka lakukan saat ini, katakan pada mereka untuk tetap teguh pada jalan yang mereka jalani selama ini dan dia (presiden baru) tidak akan menjadi masalah”
Kemudian Habib Umar melihat ke atas dan berkata, “Allah adalah Raja (Pemegang Kekuasaan) Bukan presiden negara manapun.”
Pesan yang aku dapat adalah supaya kita tetap setia/istiqamah dalam jalan dawah, setia/istiqamah membaca wiridmu, tetap setia/istiqamah pada sunnah.
Ini adalah nasehat dari ulama-ulama yang sangat ditekankan untuk situasi saat ini.
Diteruskan oleh Neverblast, dari FiqhMenjawab, dari Sufi World, dari Sidī Lavotte Saunders
Data informasi dari berbagai sumber | Jakarta, 14/11/2016 | by dhinz_nvb
Komentar
Posting Komentar