Ramadhan di Kota Tarim Yaman ( Bagian 1 )

Ramadhan di Kota Tarim Yaman
"TARIM" merupakan nama suatu daerah terpencil di Hadromaut Yaman. Daerah ini sangat terkenal dengan keilmuan dan kerohaniahannya dibanding kota lainnya di Yaman. Disaat saat ramadhan seperti ini, Tarim memiliki nuansa ramadhan yang khas yang diwariskan secara turun temurun yang tidak ditemukan di daerah Yaman lainnya.
Antusias masyarakat Tarim dalam menyambut bulan ramadhan sangat tinggi, hal itu terlihat dari ramainya masjid masjid pada siang hingga malam hari. Mereka menghidupkan bulan ramadhan dengan al quran dzikir, sholawat, dan ziarah.
Sementara pelaksaan sholat taraweh di Tarim tidak hanya dilaksanakan dalam satu waktu serentak, namun bergantian secara estafet sejak pukul 19.30 hingga pukul 03.00 di beberapa masjid yang berbeda.

Kegiatan Pasca Tarawih
Yang khas dalam nuansa rauhaniyah ramadhan di Tarim yakni setelah melaksanakan sholat taraweh dan witir. Para jamaah tidak langsung pulang, akan tetapi mereka tetap duduk untuk bersama-sama melantunkan pujian kepada rosululloh s.a.w secara bersahutan dengan nada khas Tarim. Pujian ini disebut "Qosidah Fazzaziyah dan Witriyah". Suasana terasa semakin syahdu oleh vokalis yang membawakan dengan suara merdu. 

Selama pembacaan qosidah, terlihat beberapa orang tua yang mengabdikan diri kepada masjid berkeliling membawa "bukhur" (sejenis kemenyan), dan juga nampak orang orang berbaris memberikan minuman air dingin dan kopi khas Yaman. Sesekali di hari hari tertentu juga memberikan air mawar asli untuk pewangi badan juga halawah (manisan) serta "ka'ak" (kue khas tarim). 

Setelah itu, dilanjutkan pembacaan "Qowafi" yaitu lantunan syair berisi nasehat dan pengingat yang dibaca sesuai abjad huruf hijaiyah setiap harinya satu judul huruf hingga akhir bulan ramadhan. Dan diakhiri doa yang ditulis "Al Habib Umar Bin Saqqof Asshofi" doa khusus dibulan ramadhan. Biasanya ritual ini berlangsung selama 40 menitan.

Setelah usai orang orang pun bersegera keluar dari masjid untuk pindah ke masjid lainnya mengerjakan sholat taraweh berikutnya dengan tata cara yang sama hingga akhir ramadhan. Maka tidak diherankan bagi yang memiliki semangat tinggi berlomba – lomba dalam kebaikan, setiap orang dalam semalam bisa sampai melaksanakan taraweh hingga 100 rokaat. Semisal Habib umar bin hafidz dan habib salim assyatiri misalnya beliau berdua meskipun berusia senja bisa sholat 60 rokaat dalam semalamnya.

Suasana semakin marak kala menjelang sahur. Biasanya ada dua anak muda  berjalan di jalanan gang – gang dengan berdzikir dan menabuh “thosah” (sejenis gendang) guna membangunkan masyarakat untuk makan sahur. (Bersambung....)

Oleh: Moh Nasirul Haq | Mahasiswa Univ. Imam Syafii Yaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenazah Tidak Wajib dimandikan Jika Bisa Mandi Sendiri

Hukum Menggunakan Jalan Umum untuk Hajatan Pernikahan

Pelaku Bom Bunuh Diri Bukan Mati Syahid