Sekilas tentang Abuu Bakar Al-Qaađii al-Baaqillaaniy (338 h -.403 H]





Muhammad ibn al-Tayyib bin Muhammad bin Ja'far, Abuu Bakar Al-Baaqillaaniy, Al-Qaađii al-Baaqillaaniy (338 h -.. 403 h) adalah kepala ULAMA Asħariyyah / Sunni pada zamannya.seorang Qodli,pemuka ulama ahli kalam,dan mencapai kedudukan tinggi,lahir di basrah dan tinggal di bagdad lalau wafat di sana,beliau sangat cermat dalam istimbat.tangkas menjawab lawan,pemimpin negrinya telah mengutusnya ke negara romawi yang beragama nasrani,maka terjadi perdebatan antara beliau dengan para pendeta nasrani di depan raja mereka. Beliau banyak menulis karya kitab,di antaranya adalah Izaju alquran,al inshof,manaqib al aimmah,daqoiq al kalam,al mila wan nihal,hidayat almursyidiin,al istibshor,tamhid ad dalail,Al bayan an al farqi bainal mujizat wal karomah,lasyfu asror al batiniyyah dan tamhid fi roodi ala mulhidah wal muattilah wal khowarij wal mutazilah. (Al-'Alaam karya Az zarkali 6/176) [1]

Al-Dħahabiyy dalam "Taariikħu-l-Islam"28/89 menceritakan bahwa Al-Baaqillaaniy pernah dikirim oleh Khalifah Muslim pada waktu itu untuk berdebat ahli-ahli /pendeta Kristen dari Kaisar Romawi,dan terjadi berbagai peristiwa,di antaranya Ketika tiba ke istana kaisar, mereka telah membuat pintu masuk menuju kaisar sangat rendah/pendek, sampai-sampai orang harus sujud untuk memasukinya,maka Al-Baaqillaaniy menyadari bahwa itu adalah sebuah trik untuk membuat dia tunduk kepada kaisar, sehingga ia berbalik ke arah pertama dia masuk dan masuk lewat belakan. Setelah berada di depan kaisar, ia berpaling ke salah seotang rahib/ biarawan dan berkata "Bagaimana kabar istri dan anak-anakmu wahai rahib?" Kaisar Kaget dan menjawab, "Tidakkah engkau tahu bahwa biarawan/rahib itu menyucikan dirinya dengan tidak memiliki istri atau anak-anak?" Al-Baaqillaaniy membungkam mereka dengan perangkap dan dengan cepat menjawab: "Anda menganggap dan membuat kesucian para rahib/biarawan dengan tidak memiliki istri dan anak, tetapi kalian tidak menyucikan Allah yang maha suci dengan menetapkan kepadaNya memiliki pendamping perempuan dan anak".dan di ceritakan bahwa pelacur negara Romawi juga bermaksud mengejeknya dan  bertanya, "Apa yang terjadi dengan Aisyah?" Mereka bermAksud mengolok istri Nabi yakni siti Aisyah yang tertuduh berbuat senonoh,yaitu tuduhan orang-orang munafik di masa Nabi. Mereka ingin membuat Al baqilani marah dengan sindiran mereka tersebut,maka Al-Baaqillaaniy menjawab: "Seperti apa yang terjadi pada Maryam. (Mereka berdua dituduh berzina), kemudian mereka berdua dinyatakan tidak bersalah [baroah] oleh Allah, sedangkan Maryam membawa bayi, sementara Aisyah tidak",akhirnya Mereka tidak dapat menemukan jawaban atas sindiran dan jawaban Al baqilani ini., Karena dengan itu mereka telah menunjukkan fitnah pada Aisyah yang berarti memungkinkan benarnya fitnah jelek dan sesat pada siti Maryam juga bahkan lebih [2] .

Referensi:
[1] الأعلام للزركلي - (ج 6 / ص 176): القاضي الباقلاني (338-403 ه = 950-1013 م) محمد بن الطيب بن محمد بن جعفر, أبو بكر: قاض, من كبار علماء الكلام. انتهت إليه الرياسة في مذهب الاشاعرة. ولد في البصرة, وسكن بغداد فتوفي فيها. كان جيد الاستنباط, سريع الجواب. وجهه عضد الدولة سفيرا عنه إلى ملك الروم, فجرت له في القسطنطينية مناظرات مع علماء النصرانية بين يدي ملكها. من كتبه (إعجاز القرآن - ط) و (الانصاف - ط) و (مناقب الائمة - خ) و (دقائق الكلام) و (الملل والنحل) و (هداية المرشدين) و (الاستبصار) و (تمهيد الدلائل - خ) و (البيان عن الفرق بين المعجزة والكرامة الخ - خ) و (كشف أسرار الباطنية) و (التمهيد, في الرد على الملحدة والمعطلة والخوارج والمعتزلة - ط) (1).

[2] تاريخ الإسلام ج 28 / ص 89: قلت أخذ ابن باقلاني علم النظر عن أبي عبد الله محمد بن أحمد بن مجاهد الطائي صاحب الأشعري وقد ذهب في الرسلية إلى ملك الروم وجرت له أمور منها أن الملك أدخله عليه من باب خوخة ليدخل راكعا للملك ففطن لها ودخل بظهر ومنها أنه قال لراهبهم كيف الأهل والأولاد فقال له الملك أما علمت أن الراهب يتنزه عن هذا فقال تنزهونه عن هذا ولا تنزهون الله عن الصاحبة والولد وقيل إن طاغية الروم سأله كيف جرى لعائشة وقصد توبيخه فقال كما جرى لمريم فبرأ الله المرأتين ولم تأت عائشة بولد فأفحمه فلم يحر جوابا

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenazah Tidak Wajib dimandikan Jika Bisa Mandi Sendiri

Hukum Menggunakan Jalan Umum untuk Hajatan Pernikahan

Pelaku Bom Bunuh Diri Bukan Mati Syahid