Ibnu Hajar Asqalaaniyy: Allah tidak dalam arah
Mengenai arah ,Beliau berkata dalam fathul bari 6/136:
: وقيل مناسبة التسبيح في الأماكن المنخفضة من جهة أن التسبيح هو التنزيه فناسب تنزيه الله عن صفات الانخفاض كما ناسب تكبيره عند الأماكن المرتفعة, ولا يلزم من كون جهتي العلو والسفل محال على الله أن لا يوصف بالعلو لأن وصفه بالعلو من جهة المعنى والمستحيل كون ذلك من جهة الحس, ولذلك ورد في صفته العالي والعلي والمتعالي ولم يرد ضد ذلك وإن كان قد أحاط بكل شيء علما جل وعز.
:Dan Dikatakan bahwa keselarasan tasbiiĥ;mensucikan dgn tempat yang rendah[bawah] dalam arti bahwa tasbiiĥ itu adalah tanzih:mensucikan, maka kelayakan tanzih Allah adalah menjauhkan Allah dari sifat2 rendah[bawah} sebagaimana mengagungkan Allah itu dgn tempat2 yang tinggi, Dan tidak lazim dengan adanya arah atas dan bawah itu menjadi mustahil untuk Allah Di sifati dgn al uluw:tinggi, karena mensifatinya dgn al uluw itu secara maknawi, dan yang mustahil baginya adalah arah secara hissi [tempat/ukuran],oleh sebab itu maka dinyatakan dalam sebagian sifat-Nya itu Al-Aliyy, Al-Mutaaalii, dan tdk ada sifat sebaliknya, meskipun Allah itu meliputi segala sesuatu dgn pengetahuanNya.[1]
Al-Asqalaaniyy juuga mengatakan pada juz 3/30:
(ينزل ربنا إلى السماء الدنيا) استدل به من أثبت الجهة وقال: هي جهة العلو, وأنكر ذلك الجمهور لأن القول بذلك يفضي إلى التحيز تعالى الله عن ذلك. وقد اختلف في معنى النزول على أقوال: فمنهم من حمله على ظاهره وحقيقته وهم المشبهة تعالى الله عن قولهم. ومنهم من أنكر صحة الأحاديث الواردة في ذلك جملة وهم الخوارج والمعتزلة وهو مكابرة, والعجب أنهم أولوا ما في القرآن من نحو ذلك وأنكروا ما في الحديث إما جهلا وإما عنادا, ومنهم من أجراه على ما ورد مؤمنا به على طريق الإجمال منزها الله تعالى عن الكيفية والتشبيه وهم جمهور السلف, ونقله البيهقي وغيره عن الأئمة الأربعة والسفيانين والحمادين والأوزاعي والليث وغيرهم, ومنهم من أوله على وجه يليق مستعمل في كلام العرب, ومنهم من أفرط في التأويل حتى كاد أن يخرج إلى نوع من التحريف, ومنهم من فصل بين ما يكون تأويله قريبا مستعملا في كلام العرب وبين ما يكون بعيدا مهجورا فأول في بعض وفوض في بعض, وهو منقول عن مالك وجزم به من المتأخرين ابن دقيق العيد
:Nabi SAW bersabda: (terjemahan harfiah): "Tuhan kami turun ke langit Dunia/pertama" ,dengan hadis ini telah berhujjah orang2 yang menetapkam arah pada Allah, dan berkata: "Ia berada di arah atas." dan hal Ini ditolak oleh jumhur ulama, karena pendapat ini akan sampai pada keyakinan bahwa Allah berada di ruang/menempat, dan Allah maha suci dari hal itu. Dan telah terjadi perbedaan pendapat ulama tentang makna nuzul dengan beberapa pendapat: di antaranya Ada berpegang pada makna dhohir dan hakikat,mereka adalah kaum musyabihah dan Allah maha suci dari perkataan mereka,dan juga ada yang menolak kesohihan ĥadiits yang berbicara tentang sifat secara umum ,mereka adalah kaum Khawarij dan Mutazilah, dan ini adalah sifat arogansi,dan Sungguh aneh mereka itu, bagaimana mereka memakai kiasan tentang lafad sifat dalam Al-Qur'an, dan menyangkal apa yang ada dalam ĥadiits, entah karena ketidaktahuan atau keras kepala.Dan ada juga yang memberjalankan narasi sebagaimana datangnya, dan iman pada lafadnya secara ijmal;umum, di sertai menafikan kaifiyah/modalitas dan keserupaan dari Allah dan mereka adalah sebagian besar salaf, dan telah di riwayatkan pleh Al-Bayhaqiyy dan yang lainnya dari empat imam ( Abuu Ĥaniifah, Malik, abu-Sħaafiiyy dan Ahmad) dan dari dua Sufyaan (Sufyan Ath-Tsawriyy dan Sufyan Ibn Uyaynah) dan dua Ĥammaad (Ĥammaad bin Salamah dan Ĥammaad bin Zaid), serta Al-'Awzaaiyy dan Al- Laits dan jg yg lainnya. Kemudian ada juga yang mentakwil dgn kiasan yang layak dan sesuai dengan penggunaan dalam bahasa Arab. Lalu ada juga orang yang ekstrem dalam mentakwil sehingga hampir sampai pada batas sejenis tahrif/perobahan. Kemudian ada juga yang mentafsil antara lafad yang dapat diinterpretasikan dengan cara yang mungkin dan dekat, dan antara lafad yang tidak dapat diinterpretasikan kecuali dengan takwil yang terlalu jauh dan tidak bisa diterima. Sehingga mereka mentakwil dalam beberapa lafad dan kasus, dan mereka tafwiiđ pada lafad dan kasus yang lainnya, Inilah yang telah meriwayatkan dari Imam Malik, dan hal ini di anggap benar oleh ulama mutaakhirin seperti Ibn Daqiiq Al-iid.[ 2]
1 Ibnu Hajar Al-Asqalaaniyy, Fathu-l-Baarii Sħarĥu Şaĥiiĥi-l-Bukħaariyy (Beirut, Lebanon: Dar Al-Marefah, 1379), 6/136.
2 Ibid, 3/30..
Wahabi: anda itu memuakkan, ketika Anda si kaum jamhiyah dihadapkan dengan ayat atau hadits tentang tangan,turun Allah dst, Anda resor untuk mengutip pendapat beberapa ulama yang pendapatnya sejalan dengan keinginan Anda.
mengapa Anda tdk mengatakan; BAHWA Nabi DAN sahabat setelahnya serta tabeen dan para ulama yang datang setelahnya mereka sepakat bahwa tidak ada Tuhan di atas langit ?
Jawaban: pertama kami hanya menolak ketinggian secara geografi, bagaimanapun kami menetapkan bahwa Allah adalah di sifati dengan ketinggian di atas langit dan di atas segala sesuatu dengan makna yang cocok dan indah, yaitu di atas dalam arti kuasa dan mulia. Dan mengapa kalian tidak mengatakan bahwa Ibnu Hajar Al-Asqalaaniyy adalah Jahmiyyah ? Dan juga tdk mengatakan bahwa Shalaaĥuddiin Al-Ayyuubiyy yang membebaskan Yerusalem dari tentara salib adalah jahmiyah? Atau An-Nawawiyy? Atau Al-Qurţubiyy? Atau Abu Sulaiman Al-Kħaţţaabiyy? Atau Abuu Bakar Al-Baaqillaaniyy? Atau As-Suyyuuţiyy? Atau Al-Bayhaqiyy? Atau AT-Tabariyy? Atau Abu Ĥaniifah? Atau Zaynuddiin Al-Iraaqiyy? Atau Al-Bulqiiniyy? Atau Al-Ghazaaliyy? Atau Qadhi Iiaađ? Atau Ibn Al-Arabiyy (ulama hadits)? Atau AT-Ţaĥaawiyy? Atau al-Qusħayriyy? Atau Abu Ishaq As-Sħiiraaziyy? Atau Al-Juwainiyy? Atau Ar-Raaziyy?Atau Al-Maaturiidyy, yang oleh madhab Hanafi sebut: "imamul huda: petunjuk"? Atau Al-Asħariyy, yang hampir semua madhab Maaliki dan Shaafiiyyah menganggap beliau imam mereka, ... dan ???? Daftar nama....terus.Tak satu pun dari mereka percaya bahwa Allah adalah sesuatu yang di dalam arah.
Namun juga tidak satupun dari mereka membantah ketinggian Allah , itu karena mereka mengerti bahwa ketinggian Nya di atas semua ciptaan adalah secara kemuliaan dan bukan dgn cara batasan fisik dan geografi. Kalian gagal terus untuk memahami ketinggian Allah yang tidak di lokasi, tetapi tinggi dalam makna juga, dan itu adalah yang layak bagi Allah tanpa diragukan lagi , dan yang paling indah dari dua makna ketinggian. Itulah sebabnya mengapa kita harus percaya ketinggianNya secara ini dan bukan yang lainnya, karena Allah berfirman bahwa Dia tidak menyerupai makhluk-Nya, sehingga Dia tidak memiliki atribut yang butuh ditetapkan oleh yang lain atau di adakan oleh yang lain, seperti batasan, karena perbatasan dapat diletakkan di mana saja, sehingga mereka perlu ditetapkan oleh seseorang ,apa Allah ada yang menetapkan oleh selainnNya??? Ini bukanlah makna yang indah, tapi bermakna kebutuhan akan spesifikasi , dan Allah berfirman:
: "Tidak ada Tuhan selain Dia, Dia memiliki nama2 yang indah " (Taahaa, 8)
Ketika Anda mengatakan Allah adalah sesuatu yang ada di arah, maka Anda telah mengatakan bahwa Dia seperti semua kal yang memiliki perbatasan...!!
TANYA JAWAB
Wahabi: anda itu memuakkan, ketika Anda si kaum jamhiyah dihadapkan dengan ayat atau hadits tentang tangan,turun Allah dst, Anda resor untuk mengutip pendapat beberapa ulama yang pendapatnya sejalan dengan keinginan Anda.
mengapa Anda tdk mengatakan; BAHWA Nabi DAN sahabat setelahnya serta tabeen dan para ulama yang datang setelahnya mereka sepakat bahwa tidak ada Tuhan di atas langit ?
Jawaban: pertama kami hanya menolak ketinggian secara geografi, bagaimanapun kami menetapkan bahwa Allah adalah di sifati dengan ketinggian di atas langit dan di atas segala sesuatu dengan makna yang cocok dan indah, yaitu di atas dalam arti kuasa dan mulia. Dan mengapa kalian tidak mengatakan bahwa Ibnu Hajar Al-Asqalaaniyy adalah Jahmiyyah ? Dan juga tdk mengatakan bahwa Shalaaĥuddiin Al-Ayyuubiyy yang membebaskan Yerusalem dari tentara salib adalah jahmiyah? Atau An-Nawawiyy? Atau Al-Qurţubiyy? Atau Abu Sulaiman Al-Kħaţţaabiyy? Atau Abuu Bakar Al-Baaqillaaniyy? Atau As-Suyyuuţiyy? Atau Al-Bayhaqiyy? Atau AT-Tabariyy? Atau Abu Ĥaniifah? Atau Zaynuddiin Al-Iraaqiyy? Atau Al-Bulqiiniyy? Atau Al-Ghazaaliyy? Atau Qadhi Iiaađ? Atau Ibn Al-Arabiyy (ulama hadits)? Atau AT-Ţaĥaawiyy? Atau al-Qusħayriyy? Atau Abu Ishaq As-Sħiiraaziyy? Atau Al-Juwainiyy? Atau Ar-Raaziyy?Atau Al-Maaturiidyy, yang oleh madhab Hanafi sebut: "imamul huda: petunjuk"? Atau Al-Asħariyy, yang hampir semua madhab Maaliki dan Shaafiiyyah menganggap beliau imam mereka, ... dan ???? Daftar nama....terus.Tak satu pun dari mereka percaya bahwa Allah adalah sesuatu yang di dalam arah.
Namun juga tidak satupun dari mereka membantah ketinggian Allah , itu karena mereka mengerti bahwa ketinggian Nya di atas semua ciptaan adalah secara kemuliaan dan bukan dgn cara batasan fisik dan geografi. Kalian gagal terus untuk memahami ketinggian Allah yang tidak di lokasi, tetapi tinggi dalam makna juga, dan itu adalah yang layak bagi Allah tanpa diragukan lagi , dan yang paling indah dari dua makna ketinggian. Itulah sebabnya mengapa kita harus percaya ketinggianNya secara ini dan bukan yang lainnya, karena Allah berfirman bahwa Dia tidak menyerupai makhluk-Nya, sehingga Dia tidak memiliki atribut yang butuh ditetapkan oleh yang lain atau di adakan oleh yang lain, seperti batasan, karena perbatasan dapat diletakkan di mana saja, sehingga mereka perlu ditetapkan oleh seseorang ,apa Allah ada yang menetapkan oleh selainnNya??? Ini bukanlah makna yang indah, tapi bermakna kebutuhan akan spesifikasi , dan Allah berfirman:
الله لا إله إلا هو له الأسماء الحسنى
: "Tidak ada Tuhan selain Dia, Dia memiliki nama2 yang indah " (Taahaa, 8)
Ketika Anda mengatakan Allah adalah sesuatu yang ada di arah, maka Anda telah mengatakan bahwa Dia seperti semua kal yang memiliki perbatasan...!!
Komentar
Posting Komentar