Pria Bertato Masuk Islam Usai Mendengarkan Sholawat
Ada beragam kisah yang melatar belakangi seseorang mendapatkan hidayah untuk memeluk Islam (red: menjadi mualaf). Salah satu kisah yang baru baru ini ramai diperbincangkan di laman sosial media Facebook, yakni pria bertato yang memeluk Islam setelah mendengarkan keindahan sholawat Nabi.
Dalam sebuah postingan status facebook Blacksweet, pria tersebut awalnya hanya mendengarkan shalawat yang dibacakan Habib Thoha bin Husein Al-Jufri, Pimpinan Majelis Zikir dan Salawat Syarobut Thohur, Kubu Raya, pada acara maulid di Negeri Jiran, Kuching, Malaysia, Minggu (1/1). Setelah acara itu usai, pria yang berasa dari suku Dayak Iban tersebut mendekati Habib Thoha dan menyatakan diri masuk Islam.
"Subhanallah Awalnya Iban ini duduk diluar dan mendengarkan Guru kita Habib Thoha Al-jufri melantunkan sholawatnya, setelah acara selesai tiba2 Iban ini mendekat Dan menyatakan Diri Memeluk Islam.. Berkat Sholawat Hati Seseorang Bisa tergugah Memeluk Islam. Tgl 01-01-2017 semoga Guru kita Selalu diberikan ksehatan sehingga biaa terus mengundang Sholawatnya. Amiiin" tulis akun Black Sweet, (03/01).
Beragam tanggapan disematkan dalam postingan tersebut, salah satunya dari Shalihin AL Jabeer, "Alhamdulillah telah masuk islam seseorang non muslim di alas kusuma. Umat muslim nambah saudara muslim nya. Semoga Rahmat Allah swt selalu melindungi mu wahai saudaraku."
Hal senada disampaikan ketua PW GP Ansor Kalbar, Muhammad Nurdin.
“Alhamdulillah, guru kita Habib Thoha yang berdakwah di Kuching, Malaysia, membimbing seorang muallaf mengucapkan dua kalimat sahadat,” ujar Ketua PW GP ANSOR Kalbar, Muhammad Nurdin, di Pontianak, Selasa (3/1/2017).
Sebagaimana diketahuinya, Habib Thoha telah kesekian kalinya membimbing orang masuk Islam. Dakwah yang disampaikannya dengan cara santun, sehingga orang dengan mudah menerima hidayah Islam.
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِين
"Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk."
Demikian disampaikan Nurdin dengan membacakan dalil, Surah An-Nahl ayat 125.
Dewasa ini, katanya, tak jarang dalam menyampaikan suatu kebenaran, seseorang melakukannya dengan cara yang kurang elegan. Alhasil, bukan malah menerima, tapi pendengar bahkan ada yang menolak mentah-mentah.
“Ini haram, itu haram. Sedikit-sedikit mengkafirkan. Kalau seperti ini, bukan dakwah namanya,” kritik Nurdin.
Ia berharap, kedepan bagi setiap pendakwah dapat menyampaikan pengetahuan agama dengan cara yang lebih arif lagi. Memahami psikologis orang lain itu penting.
“Sehingga bukan amarah, tapi menciptakan agama yang ramah,” tuturnya. (umar/dhnz/nvb/nukhatulistiwa)
Dewasa ini, katanya, tak jarang dalam menyampaikan suatu kebenaran, seseorang melakukannya dengan cara yang kurang elegan. Alhasil, bukan malah menerima, tapi pendengar bahkan ada yang menolak mentah-mentah.
“Ini haram, itu haram. Sedikit-sedikit mengkafirkan. Kalau seperti ini, bukan dakwah namanya,” kritik Nurdin.
Ia berharap, kedepan bagi setiap pendakwah dapat menyampaikan pengetahuan agama dengan cara yang lebih arif lagi. Memahami psikologis orang lain itu penting.
“Sehingga bukan amarah, tapi menciptakan agama yang ramah,” tuturnya. (umar/dhnz/nvb/nukhatulistiwa)
Info tambahan:
Suku Dayak Iban, adalah salah satu rumpun suku Dayak yang terdapat di Kalimantan Barat, Sarawak,Brunei dan Tawau Sabah. Mengikut sejarah lisan, pembentukan dan perkembangan budaya sosial Dayak Iban terjadi semasa di Tampun Juah, sebelum berpecah kepada beberapa subsuku-subsuku yang ada sekarang. Selama masa kolonial Inggris dan Belanda, kelompok Dayak Iban sebelumnya dikenal sebagai Dayak Laut.
Komentar
Posting Komentar