KULTUM: Asal Yakin dalam Taqwa, Rezeki Tak kan Kemana
اَلْحَمْدُ ِللهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خَاتَمِ الأَنْبِيَاءِ وَالمُرْسَلِين، وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِيِن، وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ أَجْمَعِين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
Hadirin rokhimakumulloh,
Alkisah, seorang pria sebut saja fulan namanya, semula ia mempunyai sebuah pekerjaan yang bisa dibilang mapan. Yakni accounting di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta. Gajinya juga sangat menggiurkan; lebih dari 20 juta-an per bulan. Belum lagi sejumlah fasilitas mewah yang ia terima.
Namun, semua itu tidak membuat pria ini bahagia. Ia gelisah. Sebab di perusahaan itu, ia tidak bisa shalat jamaah.
Fulan pun memilih resign. Ia tinggalkan pekerjaan mapan itu dan beralih menjadi sales motor. “Asal bisa shalat jamaah,” kata fulan.
Hadirin rokhimakumulloh,
Kisah ini adalah kisah nyata yang saya cuplik dari tulisan DR. Muhammad Arifin Badri.
Mari kita renungkan, sebenarnya apa yang dilakukan fulan itu adalah langkah yang sangat tepat. Tapi dunia ini memang sungguh aneh, yang sebenarnya tepat malah kebanyakan orang mengira keputusan fulan itu bodoh. Sudah enak-enak dapat gaji puluhan juta malah memilih resign. Bodoh!
Dunia memang aneh. Mestinya adalah yang dianggap bodoh adalah yang gak percaya dengan sabda Nabi. Bukankah sudah jelas bahwa ketika lisan Nabi bersabda pastilah benar adanya. Tapi kenapa banyak orang meragukannya. bahkan mungkin termasuk kita. Misalkan sabda yang ini:
"Seorang yang berjalan ke masjid, maka tiap langkah kakinya akan diberikan satu pahala, dihapuskan satu dosa, dan dinaikkan satu derajat oleh Allah SWT. (HR. Muslim).
Lalu kita punya kasus, seperti kasus fulan diatas. misalkan kerja disebuah tempat yang kalau shalat harus telat-telat, sebab memang aturan dari kantor begitu, boleh pulang setelah jam 5 sore, padahal belum sholat ashar. lalu sholatnya dimana? yang pasti tidak dimasjid. yang pasti tidak awal waktu. maukah kita keluar kerja demi shalat jamaah? jawaabnya belum tentu. Keyakinan kita sungguh dipertanyakan.
Lain dengan fulan, Tiga bulan sudah ia tak lagi menjadi orang kantoran. Ia kini lebih sering di luar. Kulitnya yang semula putih bersih, kini mulai kecoklatan diterpa sinar matahari dan debu jalanan. Ia yang biasanya berdasi kini ke mana-mana pakai jaket kulit. Sebab dulu ia menggunakan mobil dinas dan sekarang hanya motor kendaraannya. Dan yang benar-benar ia rasa menjadi ujian, tiga bulan ini belum berhasil menjual satu motor pun.
Hadirin rokhimakumulloh,
Nah dalam kondisi seperti ini, beranikah kita seperti fulan. Resign dari kerja sebab memang tidak kondusif uuntuk menjaga ibadah. sekali lagi beranikah kita keluar dari kerja demi meyakini hadist diatas? bahwa kita tinggalkan pekerjaan demi bisa shalat di masjid? demi bisa shalat awal waktu? kerjaan berikut gaji yang menggiiurkan kita tingggalkan demi mendapatkan janji Alloh bahwa orang yang shalat dimasjid satu langkahnya kebaikan, dihapuskan dosa dan diangkat derajat. Sekali lagi yakinkah kita dengan janji Alloh itu?
Sekali lagi jawabaya, belum tentu. Bahkan banyak diantara kita justru memiliih kerjaa dari pada berhenti sejenak untuk sekedar shalat dimasjid. seolah-olah kalau harus berhenti untuk sholat rezeki berkurang atau pergi.
Kita terlalu sering menggunakan logika kita yang terbatas. Kasus simplenya bila kita seorang penjual, bila sedang laris kita tinggal sholat maka tentu saja pembeli gak jadi beli. Pasti lari kepenjual lain. Jujur saja maka logika kita akan jauh lebih mementingkan bekerja dari pada berhenti sholat. Kenapa? Kuatir rezekinya berkurang.
Ini persis seperti perintah sedekah. Manusia lebih yakin pada logikanya yakni sedekah mengurangi rezeki, dari pada yakin pada Alloh bahwa sedekah justru menambah rezeki.
Hadirin rokhimakumulloh,
Padahal siapakah yang maha memberi rezeki dan mengaturnya? Alloh. Lalu saat Dia memanggil kita, kenapa kita tidak segera bergegas memenuhinya? Ah kita ini memang tipis iman, lemah yakin.
Beda dengan si fulan ini. Satu ketika Hujan belum juga reda. Seperti mengerti gerimis hati fulan sore itu. Maka di masjid tersebut, ia berlama-lama. Tak langsung pulang setelah shalat jamaah, sambil menunggu hujan reda.
Mungkin ia sedang merenungkan betapa penting sholat jamaah dimasjid, sampai ada sebuah riwayat
Dari Abu Hurairah ra. ia berkata: Ada seorang buta datang kepada Nabi saw. dan ia berkata: “Wahai Rasulallah, tidak ada seorangpun yang menuntun saya untuk datang ke masjid.” Kemudian ia minta keringanan kepada beliau agar diperkenankan shalat di rumahnya.
Maka beliaupun mengizinkannya, tetapi ketika ia bangkit hendak pulang, beliau bertanya kepadanya: “Apakah kamu mendengar adzan?” Ia menjawab: “Ya.” Beliau bersabda: “Kamu harus datang ke masjid.” (HR Muslim)
MasyaAlloh orang buta saja tetap diperintah oleh Nabi berjamaah apalagi dirinya yang sehat yang cuma mengorbankan pekerjaan dunia. Maka ia harus mampu menghadapi kenyataan ini.
Hadirin rokhimakumulloh,
Memang bukan hal yang mudah bagi fulan. Ia agak galau karena kondisi finansialnya, tapi bagaimanapun imannya lebih mapan. Asal bisa shalat berjamaah ia rasa ada seberkas damai dalam jiwa. Apalagi di tengah hujan seperti ini, saat Allah mengabulkan doa-doa hambaNya.
Hadirin rokhimakumulloh
Apakah Alloh membiarkan fulan tanpa memberinya rezeki? Apakah dengan mentaati perintah Alloh berkuranglah rezeki seorang hamba? Apakah Alloh menyia-nyaikan kesungguhan hambanya? Tentu saja tidak. Sebaliknya Alloh berjanji mengangkat derajat hambaNya yang istiqomah jamaah di mqsjid.
Hadirin rokhimakumulloh,
Tak jauh dari fulan, sepasang mata memperhatikannya. Pria paruh baya itu juga tak langsung pulang setelah shalat berjamaah.
“Kerja di mana, Mas?” kata pria kepada si fulan.
“Saya nyales Pak. Dulu pernah kerja di perusahaan Jepang,” fulan menceritakan identitasnya secara singkat.
“Di bagian apa dulu waktu di perusahaan?”
“Akuntan, Pak”
“Wah, jadi bisa mengerjakan laporan pajak juga?”
“Alhamdulillah, itu dulu pekerjaan saya Pak”
“Kebetulan kalau begitu. Saya sedang pusing karena pajak saya sedang dipermasalahkan. Bisa tidak Mas membantu merapikan laporan pajak saya?”
“Insya Allah, Pak”
Hari-hari berikutnya, kurang lebih satu minggu fulan, membantu menyelesaikan laporan pajak pria itu. Dan setelah laporan selesai, pria itu sangat puas karena pajaknya tak lagi dipermasalahkan. Ia yang tadinya terancam denda hingga miliaran rupiah, kini tak lagi bermasalah.
Hadirin rokhimakumulloh
Apakah cerita hanya sampai disini?
Tentu saja tidak. Simak firman Alloh ini:
“Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Maka Allah akan lepaskan dia dari masalah hidup dann akan diberi rezeki yang tak terduga.” (At Thalaq: 2-3)
Tanpa mengaharapkan imbalan apapun, semata-mata niat ibadah ternyata ia deberi hadiah oleh pria tersebut uang cahs sebeasar 100 juta. Subhanalloh fulan tersungkur sujud syukur. Ia tak pernah menduga.
“Ya Allah… aku meninggalkan pekerjaan itu demi shalat jamaah. Aku sempat mengeluh dan hampir berburuk sangka kepadaMu, ternyata Engkau mengumpulkan gajiku selama tiga bulan dan memberikannya kepadaku sekarang. Bahkan lebih. Memang taat padaMu sedikitpun tak mengurangi rezeki, justru menambah” air mata kesyukuran pun jatuh ke bumi.
Demikian kultum yang dapat saya sampaikan semoga bermanfaat. Intinya Sedikitpun tidak berkurang rezeki orang yang takwa pada Alloh. Ingat! Asal Yakin Dalam Takwa, Rezeki Tidak Kemana
Wabillahi taufiq wal hidayah
و السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Komentar
Posting Komentar