Batas Tertawa yang Seharusnya dilakukan Tiap Muslim
Ngaji.web.id - Dalam Kitab Faidh al-Qadiir dan Ihya' Ulunuddin dijjelaskan mengenai bahaya banyak tertawa dan hal hal yang berkaitan dengan tertawa sebagai berikut:
( ولا تكثر الضحك ) بفتح وكسر وهو كيفية يحصل منها انبساط في القلب مما يعجب الإنسان من السرور ويظهر ذلك في الوجه والإكثار منه مضر بالقلب منهي عنه شرعا وهو من فعل السفهاء والأراذل مورث للأمراض النفسانية ولذا قال ( فإن كثرة الضحك تميت القلب ) أي تصيره مغمورا في الظلمات بمنزلة الميت الذي لا ينفع نفسه بنافعة ولا يدفع عنها شيئا من مكروه وحياته وإشراقه مادة كل خير وموته وظلمته مادة كل شر وبحياته تكون قوته وسمعه وبصره وتصور المعلومات وحقائقها على ما هي عليه ولهذا قال لقمان [ ص 125 ] لابنه يا بني لا تكثر الضحك من غير عجب ولا تمشي من غير أرب ولا تسأل عما لا يعنيك ولا تضيع مالك وتصلح مال غيرك فإن مالك ما قدمت ومال غيرك ما أخرت وقال موسى للخضر : أوصني فقال : كن بساما ولا تكن غضابا وكن نفاعا ولا تكن ضرارا وانزع عن اللجاجة ولا تمش في غير حاجة ولا تضحك من غير عجب ولا تعير الخطائين بخطاياهم وابك على خطيئتك يا ابن عمران وفي صحف موسى عجبا لمن أيقن بالنار كيف يضحك عجبا لمن أيقن بالموت كيف يفرح عجبا لمن أيقن بالقدر كيف ينصب عجبا لمن رأى الدنيا وتقلبها بأهلها كيف يطمئن إليها
“Janganlah kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (HR. At-Tirmizi )Tertawa adalahcara seseorang mengekspre sikan kegembiraa n didalam hatinya dengan dilahirkan melalui raut muka.Syari at melarang seseorang banyak tertawa karena yang demikian dapat melemahkan tubuh dan mendatangk an penyakit-p enyakit hati.“Kare na banyak tertawa dapat mematikan hati” artinya menjadikan nya tenggelam dalam kegelapan bagaikan orang yang telah mati, tidak bermanfaat lagi baginya segala yang bermanfaat dan tidak lagi dirinya mampu menepis hal-hal yang tidak ia sukai.
Lukman al-Hakim berkata pada anaknya “Wahai anakku...! Janganlah banyak tertawa tanpa kekaguman, Jangan melangkah tanpa ada kepentinga n,Jangan bertanya atas hal-hal yang tidak bermanfaat ,Janganlah hartamu kau sia-siakan , harta temanmu kau lebih-lebi hkanKarena hartamu adalah yang kau kuasai sedang harta selainmu bukanlah harta yang kau miliki...! ”
Nabi Musa As. Berkata pada Nabi Khidir As., "Berilah aku pesan."Mak a Khidir berkata :"Jadilah engkau orang yang suka tersenyum, dan jangan menjadi orang yang pemarah.Ja dilah engkau orang yang banyak memberi manfaat, dan jangan menjadi orang yang menjadi sumber bahaya (madhorot) .Cabutlah sifat membangkan g, dan jangan engkau berjalan tanpa keperluan. Jangan engkau tertawa tanpa kekaguman. Jangan engkau mempermalu kan orang yang salah karena kesalahan mereka.Men angislah terhadap kesalahanm u, wahai putra 'Imran."
Pada lampiran-l ampiran kitab Nabi Musa As, dituturkan :Aku heran kepada orang yang meyakini adanya neraka, bagaimana ia bisa tertawa?Ak u heran kepada orang yang yang meyakini kematian, bagaimana ia bisa gembira?Ak u heran pada orang yang meyakini takdir, bagaimana ia susah?Aku heran dengan orang yang meyakini sirnanya dunia dan penghuniny a akan tertbalik, bagaimana ia merasa tenteram di dunia?
Faidh al-Qadiir I/124
الضحك يدل على الغفلة عن الآخرة قال صلى الله عليه وسلم " لو تعلمون ما أعلم لبكيتم كثيراً ولضحكتم قليلاً.... ....وقال ابن عباس: من أذنب ذنباً وهو يضحك دخل النار وهو يبكي. وقال محمد بن واسع: إذا رأيت في الجنة رجلاً يبكي ألست تعجب من بكائه؟ قيل: بلى، قال: فالذي يضحك في الدنيا ولا يدري إلى ماذا يصير هو أعجب منه؟ فهذه آفة الضحك والمذموم منه أن يستغرق ضحكاً، والمحمود منه التبسم الذي ينكشف فيه السن ولا يسمع له صوت.
Tertawa itu menunjukka n kelalaian akan akhirat, Nabi SAW bersabda “Andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kalian banyak mengangis dan sedikit tertawa”
Ibn Abbas berkata “Barangsia pa menjalani dosa sementara ia tertawa maka masuklah ia didalam neraka dengan menangis”.
Muhammad Bin Waasi’ berkata “Bila kau lihat seseorang yang berada disurga menangis, apakah engkau tidak merasa heran ?Sesungguh nya orang yang banyak tertawa didunia sementara ia tidak tahu akan tempat singgahnya diakhirat kelak, lebih amat mengherank an darinya”
Demikianla h sisi negatif dari tertawa dan sangat tercela bila hidup dunianya hanya dihabiskan dengan bertawa ria, yang lebih terpuji adalah tersenyum dengan gigi terlihat namun tidak sampai mengeluark an suara gelak tawa.
Ihyaa ‘Uluumiddi in II/325
Wallaahu A’lamu Bis Showaab
Komentar
Posting Komentar