Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Pembelaan Singkat atas Imam Al Ghazali dan Ihya' Ulumuddin

Gambar
Hampir saja posisi Ihyâ’ menandingi al-Qur’an”. Sanjungan tersebut disampaikan oleh tokoh karismatik `Ulamâ’ul-islâm al-Imâm al-Faqîh al-Hâfizh Abû Zakariya Muhyiddîn an-Nawawi atau lebih dikenal dengan sebutan Imâm Nawawi Shâhibul-majmû`, yang hidup dua abad pasca Imâm Ghâzali. Quthbil-’auliyâ’ as-Sayyid Abdullâh al-`Aydrus berpesan kepada segenap umat Islam untuk selalu berpegang teguh pada al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan penjelasan keduanya, menurut beliau, telah termuat dalam kitab Ihyâ’ Ulûmiddîn karya Imâm Ghâzali. Dua komentar ulama tadi telah membuktikan keagungan kitab ini dan besarnya anugrah yang diraih oleh Imâm Ghâzali. Sampai-sampai kritikus dan peneliti Hadis Ihyâ’, al-Imâm al-Faqîh al-Hâfîzh Abûl Fadhl al-`Irâqi, turut memberikan apreseasi positif terhadap kitab yang ditakhrîjnya itu. Beliau menempatkan Ihyâ’ sebagai salah satu kitab teragung di tengah-tengah khazanah keilmuan Islam yang lain. Begitu pula al-Faqîh al-`Allâmah Ismâ`il bin Muhammad al-Hadhrami al-Yamani k

Mengkompromikan antara manhaj isbat dan takwil

Gambar
Wahabi selalu pilih pilih dalam mengambil perkataan ulama yang mengambil dari salaf, ana melihat mereka mengambil sebagian, dan tidak tahu sebagian yg lain. padahal untuk Mengkaji manhaj seorang ulama mesti dilakukan dengan melihat kepada kitab-kitab yg mereka tulis, bukan membacanya melalui sumber kedua (marja’ thanawi) yg ditulis oleh orang lain ttgnya. Juga kajian itu mestilah mutakamil (komprehensif), bukan mutajazza (parsial). Menarik kesimpulan dari satu atau dua contoh perkataan mereka saja itu tidak mencukupi. Salaf mempunyai dua metode sebagaimana kita ambil contoh dalam perkataan dan sikap Ibn Qutaibah ,yang mana beliau adalah madhab hambali, pada satu saat,beliau mengisbatkan sifat2 Allah spti para salaf mengisbatkannya. spt kata beliau ttg yadullah : "هما اليدان اللتان تعرف الناس" ;keduanya adalah tangan sebagaimana yang di ketahui manusia (Al-Ikhtilaf fil Lafz wal Raddu ‘alal Jahmiah wal Musyabbihah, Ibn Qutaibah al-Dainuri, m.s 41-42, cet. Dar al-Rayah)  Dan ka

Syarat tawasul harus pada yang hadir dan masih hidup ??

Gambar
Berkata Syaikh utsaimin dalam majmu fatwanya 7/27: ( الدعاء على نوعين :  الأول : دعاء عبادة , بأن يتعبد للمدعو طلبا لثوابه وخوفا من عقابه، وهذا لا يصح لغير الله وصرفه لغير الله شرك أكبر مخرج عن الملة ، وعليه يقع الوعيد في قوله تعالى: { إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} .  النوع الثاني: دعاء المسألة , وهو دعاء الطلب أي طلب الحاجات وينقسم إلى ثلاثة أقسام : :Doa itu terbagi dua: 1.doa itu ibadah yakni dengan menyembah yang menjadi obyek doa karena menginginkan pahala dan takut akan siksaNya,maka hal ini tidak sah di tujukan untuk selain Allah dan memalingkannya pada selain Allah adalah syirik akbar yang menjadikan keluar dari agama,dan bagi pelakunya ada ancaman berat dalam firman Allah:Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.” (QS. Al Mukmin: 60). 2. doa permintaan,yakni doa dalam permintaan dengan meminta atas berbagai kebutuhan,dan ini terbagi tiga: القسم الأول

Hukum Ngudud Merokok

Gambar
Para ulama' berbeda pendapat dalam hukum rokok, tetapi setelah merenung dan menyadari bahwa islam adalah agama yang bersih dari segala kotoran zahir maupun batin, dan islam adalah agama yang hanya mengajak kepada yang lebih baik, ternyata ia juga adalah agama yang mudah dan jauh dari berbagai kesulitan dan tasyaddud, al-Qur'an dan Sunnah adalah pegangan satu-satunya, dari itu mengapa bersusah payah? dan mengapa menyusahkan orang? Allah swt. berfirman : "Allah sama sekali tidak pernah berkehendak memberimu kesulitan walau sedikit". Rasulullah saw. bersabda : "Yang halal sudah nyata dan yang harampun telah nyata". Para pembaca yang budiman, di dalam syari'at Islam yang benar, mudah dan suci, merokok ternyata hukumnya tidak haram, mengapa? 1. Allah swt. dan Rasul-Nya saw. tidak pernah menegaskan bahwa tembakau atau rokok itu haram. 2. Hukum asal setiap sesuatu adalah halal kecuali ada nash yang dengan tegas mengharamkan. 3. Sesuatu yang haram bukanlah yang