Ibnu Taemiyah Di Mata sebagian Murid muridnya





Artikel ini didedikasikan untuk menyajikan beberapa kutipan dari para ulama tentang tidak dapat diandalkan dan ketidakjujuran Ibnu Taimiyah. Hal ini dimaksudkan sebagai pendidikan dan peringatan kepada mereka yang mungkin mengikutinya dengan membabi buta atau membuat sebuah metodologi dengan manhajnya dan menjadikan sebagai sumber utama rujukan dan yang mempercayai bahwa ia adalah benar-benar "Shaikh Islam"  
dalam segala hal  yang di bahasnya, dan mengandalkan hampir seuruh pendapatnya dan juga penafsirannya.   

Adh Dhahabi: Kesombongan Ibnu taemiyah dan ingin  sebutan"Shaikhul Islam"

Pada halaman 38 dari buku yang sama, Zaghlul 'Ilm, Adh Dhahabi juga mengatakan tentang gurunya Ibnu Taimiyah: 

وقد تعبت في وزنه وفتشته حتى مللت في سنين متطاولة, فما وجدت قد أخره بين أهل مصر والشام ومقتته نفوسهم وازدروا به وكذبوه وكفروه إلا الكبر والعجب, وفرط الغرام في رياسة المشيخة والازدراء بالكبار, فانظر كيف وبال الدعاوي ومحبة الظهور, نسأل الله تعالى المسامحة 

"Dan saya telah lelah dari mengikuti dan menelitinya selama bertahun-tahun dan saya menjadi bosan dengannya. Akhirnya, apa yang saya temukan dia di asingkan di antara para ulama Mesir dan Suriah (Syam), dan menyebabkan jiwa ulama tersebut membencinya , dan mereka menghinanya, dan menyebutnya pembohong juga menuduhnya kafir itu tidak lain karena kesombongan (kibr), kekaguman diri ('UJuB)nya, dan karena semangat dan cintanya  atas kedudukan menjadi "kepala shaikh", dan meremehkan ulama yang terkemuka ! Jadi lihatlah hasil dari sifat suka mengklaim dan sikap cinta ketenaran! Kami meminta kepada Allah Ta'ala utk memaafkannya
Adh Dhahabi:  !

Dalam kitab biografi ibnu taemiyah yg lain, Adh Dhahabi juga mengatakan tentang gurunya Ibnu Taimiyah: 


ولقد نصر السنة المحضة, والطريقة السلفية, واحتج لها ببراهين ومقدمات, وأمور لم يسبق إليها, وأطلق عبارات أحجم عنها الأولون والآخرون وهابوا, وجسر هو عليها, حتى قام عليه خلق من علماء مصر والشام قياما لا مزيد عليه. أه

"Dan ia [ibnu temiyah] mendukung Sunnah yg murni, dan metodologi Salafi. Dan ia berpendapat dengan menggunakan bukti dan muqodimah dan juga berhujah dengan hal-hal yang tidak pernah ada sebelumnya. Dan dia membuat pernyataan yang di jauhi oleh ulama ulama sebelumnya dan juga oleh ulama ulama selepasnya dan mereka takut untuk mengucapkan hal tsbt. Namun ia justru berani mengatakan pernyataan pernyataan tsbt,, sampai sekelompok besar Ulama dari Mesir dan Suriah menghadapi dan membantahnya  dengan tegas yg tdk ada lagi ketegasan lebih dari itu " 

Lihat pg. 243:  Imam Dzahabi "Saya tidak  sependapat dengannya [ibnu taemiuah] dalam masalah usul/aqidah dan juga furu/Hukum cabang ..."

Adh Dhahabi juga mengatakan tentang gurunya Ibnu Taimiyah: 

مع أني مخالف له في مسائل أصلية وفرعية

"Namun saya tidak sependapat dengannya dalam masalah2 usul [aqidah] dan furu [fiqh]."

Lihat pg 329 dari Dhayl Tareekh Al Islam: 

Imam Dzahabi menyatakan bahwa ibnu taemiyah memiliki fatwa2 yang unik yang  merupakan dosa dan kesalahannya Dalam kitabnya, Tadhkiratul Huffaadh pg 1497, Al Imam Adz Dzahabi berkata tentang gurunya Ibnu Taimiyah  bahwa "ia membuat pernyataan2/pendapat2 yang tidak pernah ada  di masa sebelum kelahirannya": 



وقد انفرد بفتاوى نيل من عرضه لأجلها , فالله تعالى يسامحه ويرضى عنه فما رأيت مثله. وكل واحد من الأمة فيؤخذ من قوله ويترك فكان ماذا? أه

"Dan ia telah menyendiri dalam fatwa2 yang unik, sehingga ulama menentangnya atas fatwa2nya tersebut.semoga Allah mengampuninya dan  meridhoinya, aku belum pernah melihat orang sepertinya. tetapi setiap Imam dari pada umat ini, bisa di ambil beberapa pendapatnya dan juga dapat ditolak pendapatnya, apa masalahnya????/? " 

A d dzahabi juga mengatakan dalam Al Mu'jam Al Mukhtass bil Muhadditheen, pada halaman 25 (pg 45 dalam PDF reader), bio # 22: 


وانفرد بمسائل فنيل من عرضه لأجلها, وهو بشر له ذنوب وخطأ ومع هذا فوالله ما مقلت عيني مثله . أه

"Dan pendapatnya menyendiri dalam pendapatnya dalam beberapa masalah, oleh karena itu,ia mendapat kritikan dari para ulama karena pendapat pendapat asingnya tersebut,. Dan ia adalah seorang manusia yang pasti memiliki dosa dan kesalahan. Namun meskipun ini, demi Allah, mataku belum pernah melihat orang sepertinya.

Ia juga mengatakan dalam Dhuyool Al 'Ibar biaya Khabari man Ghabar, halaman 84: 



وله مسائل غريبة نيل من عرضه لأجلها

"Dan dia memiliki pendapat pendapat yang ghorib [aneh] dan karena itulah para ulama mengecamnya.


Dan Dzahabi juga berkata pada halaman 327 dan 328 dalam kitabnya Dhailu Tareekhil Islam: 


وإن أنت عذرت كبار الائمة فى معضلاتهم ولم تعذر ابن تيمية فى مفرداته فقد أقررت على نفسك بالهوى و عدم الانصاف. أه

"Jika Anda bisa memaafkan para Imam imam unggulan dalam masalah yang asing namun engkau tidak menerima alasan dan memaafkan Ibnu Taimiyah  atas fatwa2nya yang unik, maka sebenarnya Anda sendiri mengakui akan kecenderungan nafsu sendiri dan ketiadaan inshof."

Ibnu Rajab Al Hambali, murid Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa Ibnu Taimiyah memiliki pendapat yang aneh dalam beberapa masalah dan dalam ilmu kalam, dalam kitabnya Dhaylu Tabaqaatil Hanaabilah vol. 4 pg. 505 (507 pada PDF) 

http://www.kabah.info/uploaders/Zayletabkat04.rar


ولكن كان هو وجماعة من خواص أصحابه ربما أنكروا من الشيخ كلامه في بعض الأئمة الأكابر الأعيان, أو في أهل التخلي والانقطاع ونحو ذلك. 

وكان الشيخ رحمه الله لا يقصد بذلك إلا الخير, والانتصار للحق إن شاء الله تعالى. 
وطوائف من أئمة أهل الحديث وحفاظهم وفقهائهم: كانوا يحبون الشيخ ويعظمونه, ولم يكونوا يحبون له التوغل مع أهل الكلام ولا الفلاسفة, كما هو طريق أئمة أهل الحديث المتقدمين, كالشافعي وأحمد وإسحاق وأبي عبيد ونحوهم, وكذلك كثير هن العلماء من الفقهاء والمحدثين والصالحين كرهوا له التفرد ببعض شذوذ المسائل التي أنكرها السلف على من شذ بها, حتى إن بعض قضاة العدل من أصحابنا منعه من الإفتاء ببعض ذلك. أه. 

"Namun ia ('Imaad Ad Deen Al Waasiti) dan sekelompok sahabat sahabat husus Ibnu Taimiyah terkadang mengingkari pendapat dan pernyataan Syaikh[ibnu taemiyah] terhadap beberapa imam imam terkemuka pada masanya, atau perkataanya terhadap orang-orang ahli kholwat dan inqitho [para sufi] dan yg semisalnya Dan Shaikh semoga Allah merahmatinya tidak bermaksud apa-apa dalam hatinya atas pendapatnya itu kecuali kebaikan, dan menolong kebenaran "insya Allahu ta'ala" Dan sebagian kalangan ahli hadits dan para Huffaadh (penghafal lebih dari 100.000 hadits) dan fuqahaa,mereka mencintai Shaikh (Ibnu Taimiyah) dan mengagungkannya, Tapi mereka tidaklah mencintainya dalam hal membesar besarkan isu isu yang mendalam dengan para ahli kalam teolog - sebagaimana metodologi para Imam Ahlul Hadits seperti Ash Syafi'i, Ahmad, Ishaq, Abu ubaid, dan selainnya,dan begitu juga banyak dari para ulama,fuqoha muhadisin dan Soliheen membencinya dalam sebagian masalah masalah yang ia[taemiyah] menyendiri dalam pendapat pendapatnya yang syad [aneh] yang mana salaf tdk suka atas orang yang syad[menyendiri] dalam masalah tsbt" Sampai sampai para Qhodi yang adil dari sahabat sahabat kami mencegahnya utk berfatwa dari sebagian masalah masalah tersebut. " 

Al Imam Ibnul Wazeer juga menyebutkan sesuatu pada baris-baris di pg. 331 dari volume ke-3 bukunya 'Awaasim minal Qawaasim ketika ia berkata: 


ومذهب الإمام أحمد وأمثاله من أئمة الحديث وهم طائفتان: 

الطائفة الأولى: أهل الحديث والأثر وأتباع السنن والسلف الذين ينهون عن الخوض في علم الكلام 
... 
الطائفة الثانية أهل النظر في علم الكلام والمنطق والمعقولات وهم فرقتان: 
أحدهما: الأشعرية 
والفرقة الثانية من المتكلمين منهم: الأثرية كابن تيمية وأصحابه فهؤلاء من أهل الحديث لا يخالفونهم إلا في استحسان الخوض في الكلام, وفي التجاسر على بعض العبارات, وفيما تفرد به من الخوض في الدقائق الخفيات والمحدثون ينكرون ذلك عليهم لأنه ربما أدى ذلك إلى بدعة أو قدح في الدين. أه

"Dan madzhab Al Imam Ahmad dan orang orang yang semisalnya dari kalangan ulama ahli Hadits, mereka ada dua kelompok: 
Kelompok pertama adalah: Ahlul Hadits wal Athar dan pengikut sunnah Nabi dan salaf, yang melarang mendalami dan diskusi teologis ('Ilmul Kalaam) ". 

Kemudian, Ibnul Wazeer mengatakan: 

"Kelompok kedua adalah: Ahli Nadhor meneliti dan mengkonsep Theology ('Ilmul Kalaam), Logika, dan ilmu intelektual, Dan yang kegua ini terbagi menjadi dua kelompok.: 
Kelompok pertama adalah masuk kelompok Asy'ariyah . 
Kelompok kedua dari ahli nadhor ini adalah ulama ahli atsar [Atsariyyah] seperti Ibnu Taimiyah dan para sahabatnya. mereka berasal dari Ahlul Hadits. Mereka tidak berbeda dengan ahli hadis kecuali dalam hal mengangap baiknya terlibat dalam ilmu kalam teologi, dan keberanian membuat ibarat ibarat tertentu, dan dalam sesuatu yang mana ibnu taemiyah menyendiri dalam pembahasan isu-isu ilmu kalam kompleks dan rumit. dan Para ulama ahli hadits menolak melakukannya karena itu mungkin bisa menyebabkan inovasi atau pelanggaran dalam Deen. "
  
Adh Dhahabi menggambarkan posisi sahabat terdekat Ibnu Taimiyah dan para "penggemar" nya atas pendapat unik yang dimilikinya, dalam tanda kutip sebelumnya, dianggap kesalahan dan meminta Allah untuk mengampuni Ibnu Taimiyah : 

Dhayl Tareekhil Islam pg. 328-329

ولا ريب انه لا اعتبار بمدح خواصه والغلاة فيه فان الحب يحملهم على تغطية هناته بل قد يعدونها محاسن. أه

Dan tanpa diragukan lagi, tidak  di anggap pujian orang yang memuji dari kalangan teman-teman dekatnya atau orang-orang yang sangat fanatik kepadanya. Cinta mereka pada ibnu taemiyah menjadikan mereka menutupi kesalahannya, bahkan mereka hanya menyebut dan menghitung kebaikan kebaikannya.
Amarahnya dengan mereka yang tidak setuju dengan padanya ...

Adh Dhahabi menyebutkan bahwa Ibnu Taimiyah memiliki bentrokan dengan para ulama di zamannya; bahwa mereka membencinya dan mereka meninggalkannya dll Beliau menyebutkan bahwa itu karena kesombongan, kekaguman diri, keinginan untuk menjadi "Shaikhul Islam" - yang semuanya adalah perasaan batin dan tindakan hati yang tdk baik. Keempat, ia menyebutkan tindakan ibnu taemiyah itu merupakan hasil dan indikasi dari sifat-sifat batinnya, ketika dzahabi berkata, "dan meremehkan ulama terkemuka (tokoh dalam Islam)". Di sini,  beliau menjelaskan lebih detail tentang perilaku gurunya dengan lawan-lawannya dalam debat ... 

Pada halaman 326 dan 327 dari bukunya Dhaylu Tareekhil Islam, Al Imam Adz Dzahabi berkata: 



مع اننى لا اعتقد فيه العصمة كلا فانه مع سعة علمه و فرط شجاعته و سيلان ذهنه و تعظيمه لحرمات الدين بشر من البشر تعتريه حدة فى البحث و غضب وشظف للخصم يزرع له عداوة فى النفوس و نفورا عنه وإلا والله لو لاطف الخصوم و رفق بهم ولزم المجاملة و حسن المكالمة لكان كلمة اجماع


"... Dan sesungguhnya saya tidak meyakini dia (ma'soom) terjaga dari dosa. tidak! Karena meskipun pengetahuannya [iBNU TAEMIYAH] yang luas, dan keberaniannya yg ekstrim, juga kecerdasan yang lebih, dan rasa hormatnya terhadap kesucian agama, tetapi dia seorang manusia seperti manusia lainnya,dia memiliki sikap keras dalam perdebatan dan temperamen marah pada lawan-lawannya yang menjadikan tertanamnya benih permusuhan dalam jiwa, dan menyebabkan orang menjauhinya. Jika dia tidak memiliki sifat seperti itu, demi Allah seandainya ia bersikap lembut dan baik pada lawan-lawannya dan beretika baik juga berbicara dengan indah, maka itu merupakan kalaimat yg terkumpul padanya,," 

berikut ini adalah kutipan dari halaman 244 dari karya Adh Dhahabi ,di temukan downloadnya di sini: 


وله حدة قوية تعتريه في البحث حتى كأنه ليث حرب. أه

"Dia memiliki sifat keras yang akut selama membahas/debat, yang membuatnya seperti singa perang." 

وفيه قلة مداراة وعدم تؤدة غالبا, والله يغفر له. أه

"Dan ia memiliki kekurangan pengertian menyeluruh dan ketidak hati-hatian. Semoga Allah mengampuninya." 

وقد يعظم جليسه مرة ويهينه في المحاورة مرات. أه

"Dan terkadang teman duduknya menghormatinya pada satu saat,  dan menghinakannya / tidak menghormatinya pada pembicaraan yang berulang kali." 

Murid Ibnu Taimiyah yang lainnya yaitu as sofadi ketika menyebutkan biografi-nya Ibnu Taimiyah dalam "Al Waafi bil Wafayaat 2/375": 
  
وحكى لي عنه الشيخ شمس الدين ابن قيم الجوزية قال: كان صغيرا عند بني المنجا فبحث معهم فادعوا شيئا أنكره فأحضروا النقل فلما وقف عليه ألقى المجلد من يده غيظا, فقالوا له: ما أنت إلا جريء ترمي المجلد من يدك وهو كتاب علم, فقال سريعا: أيما خير أنا أو موسى? فقالوا موسى, فقال: أيما خير هذا الكتاب أو ألواح الجوهر التي كان فيها العشر كلمات? قالوا: الألواح, فقال: إن موسى لما غضب ألقى الألواح من يده, أو كما قال. أه

"telah menceritakan padaku Ash Shaikh Shamsud Deen Ibnu Qayyim Al Jawziyyah tentangnya, ia berkata: Ketika ia masih muda ia berada di bani almunaja (keluarga Hanbali), sehingga ia berdebat dengan mereka ,lalu mereka mengklaim sesuatu yang membuatnya inkar Lalu.. mereka membawakan nuqilan/ kutipan,dan Ketika ia[ibnu taemiyah] melihatnya, ia melemparkan kitab tersebut dengan marah. lalu Mereka[banu almunaja] berkata kepadanya, "tidaklah engkau kecuali orang yg ceroboh dengan berani melempar kitab ilmu Agama!" lalu ia menjawab dengan cepat, "Siapa yg lebih baik, saya atau Musa? "lalu mereka berkata," Musa ". Kemudian ia berkata," Mana yang lebih baik, kitab  ini atau papan permata yang berisi Sepuluh Perintah Allah? "mereka berkata " papan tersebut. " Ibnu Taimiyah berkata lagi," Nah, ketika Musa marah ia melemparkan papan tersebut dari tangannya! "- atau  seperti yg dikatakanya"

Dengan hujah itu,apakah orang yang beradab akan dengan mudah melempar ilmu agama??? subhanallah...Nabi musa itu seorang Nabi dan Rasul,beliau pasti terjaga dari dosa [masum] sehingga pasti melakukannya karena ada alasan yang di benarkan,terus bagaimana dengan Ibnu Taemiyah???
Dalam kutipan lain, Murid Ibnu Taimiyah, Al Imam As Safadi mengatakan dalam syarah "Laamiyyatul 'Ajam" 

شرح لامية العجم: 
يقال إن الخليل بن أحمد اجتمع يوما هو وعبد الله بن المقفع فتحادثا إلى الغداة. فلما تفرقا قيل للخليل كيف رأيته قال رأيت رجلا علمه أكثر من عقله. وقيل لابن المقفع كيف رأيت الخليل قال رأيت رجلا عقله أكثر من علمه. وكذا كان فإن ابن المقفع قتله قلة عقله وكثرة كلامه شر قتلة وشر ميتة. قلت: وكذا كان الشيخ الإمام العلامة تقي الدين أحمد بن تيمية علمه متسع جدا إلى الغاية وعقله ناقص يورطه في المهالك ويوقعه في المضايق. أه

" Dikatakan bahwa suatu hari Al Khalil bin Ahmad bertemu Abdullah bin Al Muqaffa, dan mereka berbicara sampai pagi. Ketika mereka  berpisah, Al Khaleel ditanya, apa yang Anda pikirkan tentang dia [Ibnu al muqofa] ? Dia menjawab, dia seorang yang ilmunya lebih banyak daripada aqalnya. Dan Ibn Al Muqaffa ditanya tentang Al Khaleel. Dia menjawab, "aqalnya lebih banyak daripada ilmunya." Dan demikian itu. sesungguhnya sedikit aqal dan banyaknya berbicara telah membawa Ibn Al Muqaffa mati dengan kematian yang paling mengerikan dan kematian yang mengerikan. Aku (As Safadi) berkata: begitu juga Shaikh, Imam, 'Allaamah Taqiyyud Deen Ahmad bin Taimiyah. Ilmunya sangat luas, namun aqalnya kurang, Inilah yang membawanya kepada kehancuran dan membuatnya jatuh ke dalam berbagai kesempitan. " 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenazah Tidak Wajib dimandikan Jika Bisa Mandi Sendiri

Hukum Menggunakan Jalan Umum untuk Hajatan Pernikahan

Pelaku Bom Bunuh Diri Bukan Mati Syahid